Senin, Januari 19, 2009

Buruh

Buruh disuruh turun kejalan untuk menyampaikan aspirasi atau tuntutan atau apapun tujuannya. Buruh adalah sebagai pekerja yang bertujuan menghidupi diri sendiri dan istri serta anak-anak mereka. Jika buruh tidak bekerja dalam sehari saja, maka akan ada efeknya terhadap penghasilan. Sementara kalau ikut turun kejalan, paling hanya mendapat sesuap nasi dan segelas air mineral. Bagaimanapun suatu perusahaan pasti mengharapkan keuntungan. Jika sekian ribu buruh turun kejalan, maka sudah dapat diprediksi berapa besar kerugian perusahaan. Sementara perusahaan akan memperhatikan buruh jika tidak bekerja. Kalau sudah demikian, maka buruh akan mendapat sanksi, atau bisa dipecat. Kalau sudah dipecat, apakah Pejabat-pejabat Serikat Buruh yang ada di Indonesia mampu memberikan pekerjaan Baru?. Apakah pejabat serikat buruh mempunyai perusahaan untuk menempatkan mereka untuk bekerja supaya anak dan istri dapat makan?
Saran saya ini mudahmudahan dapat diterima, kalau tidak gak usah dibaca.
Sudah berapa persen perusahaan asing pindah dari Indonesia akibat banyaknya tuntutan buruh yang selalu turun kejalan? Sudah berapa banyak bertambah pengangguran akibat perusahaan pindah ke luar dari Indonesia? Alangkah baiknya jika buruh itu diarahkan untuk menekuni pekerjaannya. Atau kalau tidak puas dengan gaji yang diberikan perusahaan, arahkanlah untuk menjadi pengusaha mandiri (apa bisa?). Kok tidak puasnya dengan budaya turun kejalan untuk menyampaikan aspirasi?. Kok tidak ada terpikirkan cara lain selain demo dan turun kejalan. Waduh, pimpinannya saja mengajak turun kejalan, apa kata dunia..... Cobalah membuat latihan ketrampilan buat buruh atau yang masih pengangguran. Dengan demikian uang yang dikeluarkan untuk turun kejalan itu lebih bermanfaat untuk sekian jiwa.... Terimakasih.

Jurnal Antariksa Nasional No. 16.

Rabu, Januari 07, 2009

ADAT BATAK

1. Ulos Batak
St. Maludin Sitanggang / Bulir Sesawi
Semua tau dan sepakat bahwa ulos adalah parhitean (media, perantara) pemberian berkat. Pejabat (Presiden,), boru, bere, hulahula (juga adalah orang), Ephorus (juga orang), Pendeta Ressort (juga orang) perlu diberkati dan mendapat berkat. Mereka juga tidak selamanya merasa tinggi, pada even tertentu mereka lebih banyak merendah dan merendahkan diri. Kita juga mendoakan (gantinya ulos) kepada boru dan bere, Presiden, Pemimpin Gereja, bahkan mendoakan presiden yang disebut Negara super power/Adi Kuasa. Ada baiknya sesuatu yang tidak menyalahi keagamaan dari adat itu dilestarikan. Janganlah membuat kesempatan kepada generasi berikutnya untuk semakin luntur terhadap adat. Saya sebagai peneliti justru mendorong tokoh adat dan agama itu mendaftarkan adat tersebut atau di PATEN kan. Janganlah terulang di Indonesia ini, yang menciptakan Indonesia, yang mempatenkan negara lain (contoh : Batik). Terimakasih.

2. Orang Meninggal dan Tugu
Kematian adalah akhir dari hidup manusia di dunia ini, dia berhenti dari segala pekerjaannya, dst. Itulah Konfessi HKBP. Secara penelitian untuk masa depan, TUGU yang dibangun oleh orang batak adalah sangat penting dan perlu diikuti oleh semua pihak. Buktinya PEMDA sekarang sudah menghimbau untuk menguburkan secara tumpang tindih. Tidak heran kita melihat pembongkaran dan penggusuran kuburan disana-sini adalah akibat makin sempitnya lahan dan perkembangan penduduk serta pemukiman. Orang Batak sudah memberikan contoh buat Republik ini dengan membuat istilah TUGU yang notabene adalah KUBURAN MASSAL. Boleh saja kita mengatakan tidak perlu tugu, tapi yang merasakan dampaknya adalah generasi yang akan datang. Mereka akan gerah dengan penggusuran rumah semasa hidup dan ikut prihatin kena gusur lagi kuburannya setelah mati.

Minggu, Januari 04, 2009

Statistik Jemaat HKBP

STATISTIK JEMAAT HKBP
By : St. Maludin Sitanggang / Bulir Sesawi.

1. PENDAHULUAN
Pertama saya mengucapkan Selamat Tahun Baru, Selamat Tahun Diakonia Buat seluruh anggota Jemaat HKBP. Almanak HKBP 2009 tekah beredar dan dilengkapi dengan berbagai informasi yang cukup untuk diketahui jemaat HKBP.

2. DATA JEMAAT
Penulis hanya memberikan masukan, khususnya Kepala Biro Jemaat dan Kepala Balitbang, serta pimpinan HKBP.
a. Tahun 2010 telah dicanangkan sebagai tahun Sekretariat, dan Tahun 2011 tahun Jubelium HKBP.
b. Tentu untuk tahun 2010, sudah tertata dan terdata Jemaat HKBP. Artinya sudah diketahui berapa jumlah Bapak, Parompuan, Remaja, Naposobulung, Anak Sekolah Minggu, serta masing-masing berapa laki-laki dan perempuan. Saya sebagai peneliti melihat begitu banyaknya yang kosong STATISTIK JEMAAT setiap Ressort tersebut. Dan dalam satu Distrik mungkin ada yang sama sekali tidak terdata JUMLAH anggota Jemaatnya.
c. Pada Ressort tertentu, data jemaat yang ditampilkan adalah data tahun 2001, dan bahkan sudah ada yang menampilkan tahun 2008. Artinya Puji Tuhan masih ada kemauan untuk mendata/menata dan melaporkannya ke HKBP.

3. SOLUSI
Untuk mendata dan menata statistik Jemaat HKBP, penulis menawarkan beberapa solusi sebagai berikut :
a. Ada perintah langsung kepada setiap Pimpinan Jemaat HKBP. Dalam hal ini pimpinan jemaat tersebut memerintahkan kepada para Sintua Lunggu/Wijk untuk mendata Jemaatnya.
b. Pimpinan Jemaat melaporkan ke Ressort, ke Distrik dan seterusnya.
c. Seharusnya ada kontrak kerja kepada Pimpinan Jemaat, Pendeta Ressort dan Praeses, serta struktural lainnya. Janganlah jabatan itu menurut periode. Dalam hal ini periode Pimpinan 4 tahun, Pendeta bertugas 6 tahun dalam satu gereja dan dapat diperpangjang satu kali. Periode ini adalah saya sebut JATAH. Bisa jadi kalau periode adalah jatah, maka Pendeta yang ditempatkan tersebut tidak akan berkreasi. Bisa jadi Pendeta tersebut mencari amannya saja. Seandainya penempatan struktural tersebut adalah untuk mencapai TARGET, maka HKBP cepat berkembang. Kalau pimpinan memberikan target kwalitas tertentu kepada Pendeta yang menduduki suatu jabatan, maka bisa diganti kapan saja jika target tidak dapat dicapai. Khusus Statistik Jemaat, penulis menganggapnya tidak sulit, karena sudah pernah melakukannya dan sudah mengkader beberapa majelis.

4. KOMENTAR
Pimpinan HKBP tertinggi sampai dengan terendah, harus mempunyai komitmen dalam memajukan tugasnya. Janganlah sedikit-sedikit menanya dan menunggu laporan saja. Janganlah duduk manis di kantor menunggu laporan. Harus ada cek dan ricek terhadap tugas yang diterima dan yang diberikan.
Terimakasih, jika ada kekeliruan, mohon koreksi, Tuhan memberkati.


St. Maludin Sitanggang